Archive | Uncategorized RSS for this section

FOR YOUR EYES ONLY

Hello there.. Udah lama banget ya gue gak posting disini ! Terakhir tahun 2000 kayaknya. LOL !
The main reason is, my current job membuat gue sangat kekurangan waktu, bahkan untuk sekedar posting di GOODRIDES. Even worst, gue aja belum punya waktu lagi untuk ngurus mobil, sama sekali.

Ironis memang, padahal bentuk aktivitas apapun yang berhubungan sama mobil, merupakan kesenangan gue. Kalo di ilustrasikan secara hiperbola, rasa senang cewek saat berlama2 di salon untuk merawat diri aja masih kalah sama rasa senang gue saat ngurus mobil ! Hahaha..

However, I do love my job ! A LOT !!
Passion gue dari kecil yang begitu besar terhadap mobil, membuat gue gak pernah ketinggalan membaca majalah yang berhubungan sama otomotif, khususnya mobil. Tiap artikel gue baca dengan sangat serius, bahkan gak jarang, artikel yang sama gue baca berulang kali. Biasanya gue melakukan itu kalo artikelnya sangat2 menarik buat gue, seperti artikel yang membahas tentang mobil modifikasi idaman gue. Mobil-mobil yang gue anggap sebagai “dewa” saat gue masih kecil, bahkan sampe sekarang.

Inilah yang membuat gue sangat mencintai pekerjaan gue, karena pekerjaan gue itu, membuat gue bisa “membedah” berbagai mobil yang selama ini hanya bisa gue liat saat melintas, atau saat lagi parkir. Entah itu mobil vintage yang original, mobil dengan styling ciamik, atau bahkan mobil baru yang canggih sekalipun. Pekerjaan gue membuat gue bisa masuk lebih dalam ke dunia tersebut. Dunia yang menjadi passion terbesar gue selama ini.

Anyway, gue gak akan membahas terlalu panjang lebar tentang alasan kenapa gue begitu lambat melakukan update di GOODRIDES. To be honest, sampe sekarang pun gue belum ada bayangan sama sekali tentang topik post gue selanjutnya. Tapi gue udah terlalu rindu menulis disini. Atas alasan itu, di post kali ini, gue cuma mau sharing hasil foto gue yang baru-baru ini gue lakuin.

Berbicara tentang photoshootnya sendiri, 15 frame yang akan gue tampilkan dibawah ini, sudah sangaaaaaaaaaatttttt lama gue nanti-nanti agar bisa terwujud. Padahal, ide gue mau buat photoshoot ini sangat-sangat sederhana. Gue cuma mau punya foto kenangan sama mobil salah satu sahabat gue, yang kebetulan identik sama KZ. Yes, mobil itu adalah mobil Doddy Herlianto. Intinya cuma satu, gue pengen banget punya foto LR sama KZ didalam 1 frame. Its that simple !

Unfortunately, realisasinya gak sesederhana ide yang muncul. Sempitnya waktu masing-masing owner, membuat kita susah untuk bisa merencanakan waktu untuk foto bareng. Lebay mungkin, tapi alasan ini buat gue masuk akal. Alasannya adalah, gue mau fotonya serius ! Gue gak mau fotonya cuma sekedar foto “flat”. Gue mau scene nya bagus, dan cuacanya mendukung. Faktor2 seperti keadaan cuaca yang gak bisa dikontrol, ditambah ide yang gak pernah muncul di benak gue untuk lokasi pemotretan, sekaligus cara ngatur waktu sama Doddy yang gak mudah, seperti yang gue ceritain diatas, adalah alasan terbesar kenapa photoshoot ini gak pernah benar-benar terlaksana.

The funny thing is, pada akhirnya photoshoot ini bisa terjadi tanpa adanya rencana, SAMA SEKALI !!! ROTFL !
Photoshoot terlaksana hanya dengan obrolan singkat lewat Yahoo! Messenger. Iya, YM. Gue mengakui, gue seperti tertinggal 1 dekade, karena gak berkomunikasi via BBM yang sangat populer itu. Or even more, gue bahkan online YM via handphone yang sudah cukup berumur dengan brand Nokia. Walaupun gak sedikit juga orang yang mengandalkan YM sebagai andalan untuk melakukan instant text messaging. Tapi, TAPI, most of them pake iPhone ! Ya kan ? Kalo ada yang menyangkal, ayo deh kita survey. Pasti gue bener ! Hahaha.. Bercanda sob, tapi gue serius dan yakin, kalo jumlah orang yang masih pake Nokia udah sangat sedikit, dan gue masih menjadi salah satu yang ada di ruang lingkup itu.

Tuh kan, saking asiknya nulis, bahasannya jadi gak penting. LOL
Lanjut mengenai proses terjadinya photoshoot. Hari itu adalah hari Sabtu, kira-kira jam 11 siang, waktu gue liat YM dan ada Doddy lagi online (dia online hampir 24/7 sih sebenernya, cuma offline kalo ada YM lagi ada gangguan doang, LOL), gue langsung iseng texting ke Doddy via YM.
Percakapannya kira-kira begini :
KZ : “Lagi dimana ler (panggilan akrab – Red) ?
LR : “Kantor ler..”
KZ : “Lah, tumben lau kerja Sabtu2 begini..”
LR : “Iya ler, gara2 baru pindahan”
KZ : “Beres gawe jam brokap ler ?”
LR : “Setengah satu palingan..”
KZ : “Wah, pas tuh.. Gue baru ada liputan sore.. Foto2 dulu yuk ! Ada kali setaun, rencana foto bareng KZ sama LR gak pernah kesampean !”
LR : “Cakep tuh.. Yuk !”

Thats it. Rencana yang hampit selalu gagal walaupun direncanain mateng-mateng, kali ini terjadi begitu saja !!
Tapi emang seringnya gitu sih, gue adalah salah satu orang yang setuju, kalo sesuatu yang gak direncanakan, seringkali berakhir dengan sangat baik dan menyenangkan. Anybody agree with me on this ? I bet you do !

And, there we go.. Kita janjian untuk ketemuan, dan berangkat ke lokasi pemotretan yang secara tiba2 muncul di benak gue. Cuaca sempet gerimis dikit waktu mau pemotretan, but then, it stops ! Hujan gak turun, tapi cuaca tetap gloomy. Just like what I expected ! Beberapa kendala muncul, tapi sama sekali gak berarti buat gue. Salah satunya adalah lokasi pemotretan yang gue sangka sepi, ternyata adalah sebuah jalan tembus yang cukup favorit dilewati sama warga sekitar. Jadi lalu lintas cukup rame. Beberapa kali mobil harus kita pindahin karena ngalangin jalan, padahal sebelum dipindahin, KZ sama LR udah pose, tinggal nunggu gue ngambil frame. But it was fun ! So much fun to be precise !

OK, long story short, photoshoot akhirnya berjalan sesuai dengan keinginan. Tiap frame yang gue ambil, adalah frame yang sudah ada di benak gue semenjak ide untuk foto bareng antara KZ dan LR ini muncul.

Enough with the story, sekarang saatnya gue menampilkan hasil photoshoot dari dua mobil yang dikasih nama “Epic Twin” sama Ilham Nuriadi. Sahabat sekaligus guru gue dalam mempelajari fotografi.

Karena itu, 15 frame foto ini gue kasih judul sederhana aja : “EPIC TWIN” – The Photoshoot.
So, here they are.. Dedicated to your eyes only 🙂

*B 1047 LR ; running on TRD T3 (Forged/Monoblock/Lightweight) ; 17×8.5 final et +18 (f) ; 17×9.5 final et 0 (r)
*B 1702 KZ ; running on OZ Futura (Forged/3pc split) ; 17×9 et +15 (f) ; 17×9.5 final et -8 (r)

MISSION ACOMPLISHED ! 🙂

Sekarang, saatnya buat gue untuk pulang.. See you guys on my next post then. Much Respect ! CHEERS 🙂

A New Beginning – Part 2

Ok, post yang ini pada dasarnya hanya menceritakan apa yang gue lakukan selanjutnya setelah Remotec terpasang di KZ.
Setelah melalui proses yang cukup panjang, stance terakhir KZ saat pertama kali menggunakan Remotec adalah seperti ini

Dan gue gak puas dengan stance ini.. Jujur karena perjuangan gue udah cukup panjang, stance ini masih kurang pendek. Gue pengen KZ bisa go lower, walaupun spec velgnya extraordinary.. mengingat faktor2 itu, gue pun rela kembali “merusak” fender KZ demi fitment yang lebih “ok”..

Dan gue pun melakukannya. LIpetan fender gue potong, dan bibir fender gue “bengkek” keluar, biar ban yang udah terpasang streched bisa semakin masuk kedalam fender. Setelah fender udah gue anggap “cukup”, mobil pun gue bawa lagi ke bengkel suspensi untuk gue buat lebih pendek lagi.

Setelah berhasil dipendekin, masalah lain pun timbul di fender belakang. Ternyata “memaksa” ban masuk kedalam fender itu masalahnya gak hanya ada di bibir fender luar, tapi ban juga mentok ke bagian dalam fender belakang yang punya “benjolan” akibat dari bentuk pinggul fender. Belum lagi sambungan antara fender dan bumper yang juga menjadi titik gesekan ke ban. Percobaan-percobaan gini yang memaksa merk ban untuk “menghilang” sebelum bisa jadi sesuai keinginan. LOL

Fender depan pun bukannya tanpa masalah. Setelah ban bisa berhasil masuk kedalam fender, ban pun “memaksa” fender untuk “melar” saat belok. Fender yang “kepaksa” itu pun membuat bibir fender robek dan pecah. Semua itu membuat gue harus rela mengorbankan lagi titik-titik tersebut. Metode nya gimana, gue gak mau ceritain. Karena kalo sekarang gue inget-inget, gue aja masih miris. He..he..he.. Coba liat apa yang terjadi saat belok

Tapi rasa miris dan capek itu pun terbayar saat melihat KZ bisa “berdiri” dengan stance yang gue inginkan.

Look at this tight fitment

Well, this is the stance that I’m lookin’ for.


Menurut gue, hal kayak gini merupakan kepuasan tersendiri. Kepuasan tersebut membuat gue selalu menikmati tiap kilometer perjalanan gue bersama KZ 🙂

So keep pushing yourself to the limit, and go beyond..

See u guys on the next post then 🙂

A New Beginning – Part 1

Semua pasti setuju, kalo gue bilang bahwa KZ itu udah identik sama Sparco 9. Setuju ? Alasannya cuma satu, karena velg itu udah menemani perjalanan KZ selama kurang lebih 3 tahun. Dan selama perjalanan 3 tahun itu, Sparco 9 kesayangan gue itu setidaknya udah bertransformasi sebanyak 2 kali. Dari spec bawaan dengan lebar 8 rata, trus mulai “menyimpang” dengan dirubah jadi 10.5 inch, sampe akhirnya berubah lagi jadi “manusiawi” dengan lebar 9.

Gue sayang banget sama velg itu, menurut gue desain Sparco 9 itu cocok banget sama karakter body KZ yang terlahir di era transisi antara mobil berbentuk boxy menuju ke bentuk yang lebih rounded.
Tapi di sisi lain, gue juga gak menyangkal kalo gue udah “bosan” sama velg itu. Nah, saat gue sedang merasa “bosan” inilah tawaran menggiurkan datang dari salah seorang teman yang punya prestasi luar biasa di dunia motorsport. Waktu itu pertanyaan yang disampaikan ke gue singkat banget, kira2 cuma gini “velg mau dijual gak ? gue minat.”

Jujur saat itu gue bimbang. Karena orang yang “nawar” Sparco 9 ini bisa dibilang gak bakalan mundur hanya karena faktor harga. Kalo dia bilang dia minat, artinya dia memang butuh velg itu. So, keputusan benar2 ada ditangan gue, apakah gue akan melepas Sparco 9 itu, atau gak.

Setelah melalui pemikiran panjang, akhirnya gue memutuskan untuk melepas Sparco 9 itu. Pilihan berat memang, tapi keputusan gue udah bulat. Gue udah merasa “cukup” sama Sparco 9. KZ harus move on to another stage.

Uniknya, Sparco 9 ini kembali bertransformasi lagi. Pemilik barunya minta agar Sparco 9 ini dirubah agar beroffset minus. Jangan salah, alasan pemilik barunya merubah spesifikasi velg jadi seperti itu murni karena alasan performance. Bukan karena sekedar pengen punya velg celong tapi gak kesampaian. Bangga juga sih, velg gue gak jatuh ke orang “sembarangan”. 🙂

Mau tau kayak apa penampakannya sesaat sebelum serah terima ? Ini dia penampakannya..

Pasti loe juga penasaran dong, velg itu dipake buat mobil apa ? hehehe. gue kasih teasernya aja yah

Sayangnya, sang pemilik baru belum menemukan ukuran ban yang tepat untuk Sparco 9. Jadi terlihat kurang proporsional. Tapi gue percaya, kalo nanti “setelan” nya udah settle, Sparco 9 bakalan kembali bersinar.

Ok, talkin about move on to the next stage. Post terakhir yang gue jadiin teaser perjalanan KZ selanjutnya udah menjelaskan semua. Gue udah cukup lama jatuh cinta sama REMOTEC. Menurut gue, velg ini punya desain sederhana yang sangat unik. Center face yang punya bentuk menyerupai pentagram, dipadu dengan bibir velg dengan model flat yang super celong membuat velg ini sangat berkarakter, kokoh, sekaligus catchy.

Unfortunately, Remotec ini adalah velg yang dibuat untuk BMW seri 5 yang punya ruang fender luas dan wheel arch besar. Karena itu spec nya sangat “extraordinary” kalo buat dipasang ke small sedan Jepang seperti KZ. Sedihnya lagi, semangat gue selalu menjadi semakin redup setiap kali gue brainstorming sama orang lain tentang rencana gue masang Remotec di KZ. Jawabannya yang muncul selalu “gak bakal bisa lah ! loe liat aja, di E30 aja keluar fender, apalagi di Twincam.. ada-ada aja deh loe..”

Tapi, yang namanya mimpi, gak boleh dilepas begitu aja dong.. Bener gak ?! Cara berpikir yang out of the box gak pernah salah kok, selama loe juga merencanakannya dengan logika. Jadi gue belum patah arang hanya karena anggapan orang lain yang memandang gue “ada-ada aja”. Gue masih tetap punya keyakinan kalo spec Remotec ini masih bisa “diakalin” biar “muat” ke fender mobil berjenis small sedan kesayangan gue ini. Patokan gue cuma mobil sahabat gue, yang udah lebih dulu pake velg dengan spec extraordinary dengan diameter yang sama kayak Remotec di AE92 nya.

I bet you know who.. For some of you who didn’t have any idea, here’s the ride..

Walaupun sampe sekarang gue, atau bahkan ownernya sendiri gak pernah tau pasti offset OZ Futura ini berapa, tapi yang jelas, di mobil dia udah terbukti kalo velg dengan spec 17×9 masih bisa “proporsional” di fender depan tanpa ada masalah berarti. Ditambah lagi, kalo liat outer lip velg yang celong, artinya offset OZ Futura ini juga berada di kisaran belasan. Jadi kalo Remotec punya offset +8, gue masih optimis kalo velg buatan Aluline itu bisa terpasang manis di KZ.

Rasa optimis gue pun membuat gue terus brainstorming sama diri gue sendiri. Hasilnya ? None. Menurut gue, kalo cuma “diitung-itung” doang, gak bakalan ada jawaban apakah Remotec bisa dipasang apa gak. Nah, masalah lain yang semakin membuat gue sulit membayangkan bagaimana “jatohnya” Remotec di KZ adalah Pitch Circle Diameter alias PCD. KZ itu PCD nya 4×114.3, warisan dari Sparco 9 kemarin. Sedangkan Remotec “incaran” gue itu 5×114.3 (aslinya single PCD 5×120, tapi pemilik sebelumnya udah re-drill 5×114.3. Lagian, KZ gak akan bisa pake PCD 5×120 kecuali pake adaptor. Tapi 17×9 et8 pake adaptor ?! In your dreams mate !).

Makanya, kusut banget kan. Kalo dibeli belum tentu bisa kepasang, tapi mau nyobain juga gak bisa..
Padahal velg udah didepan mata..

Tapi gue baru inget ! PCD mobilnya Doddy itu udah 5×114.3, dan roda depan LR (panggilan akrab AE92 nya Doddy) udah negative camber sampe hampir -3. Jadi akan jadi ilustrasi yang sangat real kalo Remotec dites pasang ke LR.

The next day, gue langsung telfon Papi untuk nanya ukuran ban paling “kecil” yang tersedia untuk diameter 17 inch. Papi bilang ukuran yang common cuma ada 205/40. 205/40 di lebar 9 inch ? Udah cukup streched lah ya. So, karena Remotec incaran gue itu gak lain dan gak bukan adalah punya Papi juga, gue pun minta tolong sama Papi untuk masangin 1pc Remotec sama ban 205/40, untuk kemudian gue tes pasang di LR.

Gak lama, Papi pun ngabarin gue kalo ban nya udah kepasang..

Stretched enough right ?

Anyway, Intermezzo sedikit.. Selama gue dalam proses “berpikir” ini, KZ gue pasangin velg Borbet Carisma yang gue punya, biar bisa tetep “berdiri”

udah gak proporsional banget ya.. LOL.
The funny thing is, dimasa serba bingung ini, Borbet Carisma gue dibeli sama temen baik gue. Jadi deh, gue gak punya velg buat “berdiri”, sampe akhirnya gue dipinjemin OZ F1 yang spec nya bener-bener “tenggelem”, 16×7 et45.

mungkin emoticon -____-‘ paling tepat untuk menggambarkan penampakan KZ seperti yang terlihat di foto.. Gue udah sama sekali gak nafsu ngelirik KZ saking penampakannya “gak enak” banget. Tapi karena ini juga, gue justru jadi semakin terpacu untuk menjawab pertanyaan gue sendiri yang sangat sederhana. “Apakah Remotec bisa dipasang ke KZ ?”

Oke, setelah ban udah kepasang, gue pun langsung ambil Remotec yang udah kepasang ban itu. Trus selanjutnya, gue nelfon Doddy (saat itu udah lumayan malem, jadi dia udah agak ngantuk-ngantuk sepulangnya dari kantor) gue bilang sama dia kalo gue mau kerumahnya bawa Remotec untuk dicoba pasang ke LR. Doddy pun mengiyakan (walaupun kayaknya dia udah ngantuk, hihihihi.. Sorry ya ler. Namanya juga lagi penasaran.)

Begitu sampe, roda depan kanan LR pun langsung gue dongkrak biar bisa melepas OZ Futura. And, here it is.. Saat PALING menegangkan buat gue !! Sambil bilang bismillah, gue colok deh tu Remotec. Hasilnya ?!
Liat sendiri aja deh..

NO DRAMA AT ALL !!
Semua sesuai dengan keinginan gue ! menurut gue, penampakan velg yang keluar fender sedikit kayak gini masih proporsional. Ban 205/40 yang terpasang juga udah cukup strecthed, jadi tapak ban bisa masuk kedalam fender depan. Asal loe tau, saat itu gue senangnya bukan kepalang ! Semua rasa penasaran gue udah terjawab ! Semua kecemasan gue sirna ! Jadi sekarang uda fixed, kalo Remotec akan bisa terpasang manis di KZ !

Setelah kembali masang OZ Futura ke LR (dan akhirnya Doddy bisa tidur nyenyak tanpa harus denger ocehan gue lagi), gue pun langsung balikin Remotec ke Papi sambil ngasih tanda jadi bahwa gue deal mau ngambil velg dengan desain centerface mirip sama pemuja setan itu (pentagram) dengan harga yang sudah disetujui kedua belah pihak.

Keesokan harinya, Papi pun udah beres masang ban di keempat velg Remotec yang akan gue ambil. Saat malam tiba, gue pun segera meluncur ke pinggir kali untuk ngambil velg itu. Sambil senyum-senyum terus karena gak sabar mau masang velg di hari selanjutnya, gue pun meluncur pulang, sembari semaleman gak bisa tidur karena terlalu excited sambil ngeliatin jejeran Remotec yang gue taro di teras rumah. LOL

Ok, masalah kembali muncul. Setelan per KZ itu kan sebelumnya udah di set untuk Sparco 9 yang berdiameter 16 inch. Walhasil, misalnya gue ke Sarinande untuk convert PCD biar Remotec bisa kepasang, KZ pun gak akan bisa jalan dari Sarinande, karena udah pasti Remotec yang berdiameter 17 inch akan nempel sama fender. Karena itu, destinasi pertama gue justru ke Jaya Spring buat ninggiin dulu. Baru setelah itu ke Sarinande untuk convert PCD ke 5×114.3, sesuai dengan PCD yang ada di Remotec.
Inilah saat yang ditunggu-tunggu.. Remotec on B 1702 KZ !

Anyway, karena sebelumnya nap roda gue udah mengalami PCD convertion ke 4×114.3, pas PCD nya di convert (lagi) ke 5×114.3, nap roda gue jadi banyak banget lobangnya. Hahaha..

Temen-temen gue pas liat, komentarnya “nap roda loe sih pecun banget tuh ya..” LOL

Next stop, ke Jaya Spring lagi, soalnya KZ needs moaarrr loowww. :p

Karena sebelumnya pake velg belang, jadi pas sekarang pake velg rata, gue masih beranggapan bahwa roda belakang pasti akan lebih “tenggelem” dibanding depan. Jadi mumpung di Sarinande, gue minta bikinin spacer hub setebal 8mm buat roda belakang. Dan inilah hasil foto pertama si Kajet pake Remotec pas lagi ngantri buat spooring.

ini fitment paling maksimal yang bisa di push buat “menelan” velg ring 17 lebar 9 inch beroffset +8 (bahkan final offset 0 dibelakang karena pake spacer) Itupun gue udah “ngorbanin” fender KZ. Gak tanggung-tanggung, kali ini lipetan fender depan gue potong, biar masih ada gap antara ban dengan fender saat suspensi bergerak naik-turun, sekaligus ngasih space lebih saat roda lagi belok. Hasilnya fender KZ pun pecah-pecah dan keriting.

yah, resiko lah ya.. Gue udah siap dengan resiko itu, demi memuaskan passion gue sendiri.

Alright then, ceritanya gue stop sampe disini dulu ya..

Di part selanjutnya, gue masih punya banyak cerita berhubungan dengan proses pushing the limit of fitment and stance si KZ bersama “sepatu” barunya ini.

So I’ll see you guys on the next post !
CHEERS

In The Name of Curiosity.

Mari kita lanjutkan sedikit tentang perjalanan B 1702 KZ 🙂

Yes, Curiosity = Sifat ingin tahu.
Itu adalah alasan terbesar yang membuat KZ bertransformasi lagi.

Dari pertama kali gue melihat velg REMOTEC, gue langsung jatuh cinta !

Tapi spesifikasi 17×9 offset +8 “rata”, membuatnya gue selalu ragu apakah velg ini bisa dipasang “properly” di KZ.

And here it is.. to answer my curiosity..

Gue bakal cerita banyak tentang proses memasang REMOTEC ini nanti..
Maklum lagi dikejar deadline terus nih, hehehe..

Cheers !

1987 Corolla SE – Sparco 9 : The Journey Part 4 – End.

Buat mengingat kembali stance terahir sampe mana, please klik -> 1987 Corolla SE – Sparco 9 : The Journey Part 3

Apa yang setelah itu gue rasain ? Need More.

Gue yakin ada saatnya loe  punya perasaan kayak gitu juga, bener gak ? Masalah mau melakukan perubahan (lagi)  atau gak,  itu udah sepenuhnya keputusan kita sebagai pemilik mobil.

Dan gue adalah salah satu orang yang akhirnya memutuskan untuk melakukan perubahan (lagi) sama stance  KZ setelah menikmati “pemandangan” ini selama beberapa bulan

Pilihan ini datang salah satunya adalah karena gue dihadapkan sama sesuatu yang “menggiurkan”. Ada kesempatan untuk menukar ban Toyo T1R ukuran 185/50 yang gue pake, sama Falken ZE512 ukuran 195/45 ! (FYI, Falken ZE512 ini terkenal paling “streched” dibanding ban merk lain saat dipasang ke velg berukuran sama. Daannn, ban ini termasuk “langka” banget karena udah discontinued.)

Gak pake lama, kedua ban itu gue tukar. Jadi sekarang Sparco 9 “nyicipin” Falken ZE512 195/45. Dan ternyata bener, ban ini jauh lebih “narik”  ! Asli, gak nyesel gue milih ban ini. Coba deh liat, keliatan kan beda nya

Dan karena profil nya lebih tipis, ground clearance  KZ jadi lebih pendek (lagi)

dengan stance inilah, gue meminta tolong dengan hormat sama Mr. Ilham Nuriadi untuk bikinin video si KZ. Biar gue punya kenangan dengan form yang beda.

Please take a closer look 🙂

Ok, yang perlu loe ketahui adalah, stance ini bukanlah “perubahan” terakhir yang gue lakukan setelah pake Falken. Justru ini adalah awal dari perubahan “besar” yang akan gue lakukan.

Gak lama setelah gue pake Falken (mungkin gak nyampe sebulan), gue udah punya keputusan bulat bahwa KZ needs moaarr looww !!

Gue bold karena saat itu gue bener-bener pengen mendekin to the max ! (at least patokan nya dari diri gue sendiri. soalnya ada temen gue yang mobilnya beneran udah mau nyeret aspal tapi masih bilang kalo mobilnya masih tinggi)

Setelah melalui pemikiran tentang apa yang akan gue lakukan sama suspensi KZ biar bisa lebih pendek dan masih “manusiawi” untuk dipake sehari-hari, akhirnya eksekusi pun dilakukan.

Dan segera setelah dipendekin (dan spooring tentunya), gue langsung minta (dengan hormat) sama Mr. Ilham Nuriadi untuk mengabadikan stance baru KZ lewat foto pake metode rig shot.

please take a look at this pics

Pada fase ini, gue udah harus mulai mengorbankan beberapa hal yang pada dasarnya “merusak” KZ. Fender harus mulai digedor paksa biar ban bisa masuk kedalam fender. Fender liner depan harus dipotong biar roda depan gak gesrot. Trus kalo belok, roda depan pasti bergesekan sama fender, jadi lama-lama fendernya mulai retak. Belum lagi ground clearance yang udah minimum, jadi banyak benda di jalanan yang terpaksa bergesekan sama dek bawah KZ.

Semua ini gue anggap resiko atas passion dan tuntutan terhadap mobil kesayangan gue. Jadi gue gak pernah menyesal melakukan ini walaupun punya potensi besar untuk semakin memperburuk kondisi KZ sendiri.

And guess what, stance terakhir ini belum membuat gue puas. Gue masih merasa fitmentnya bisa di push lebih pendek lagi.

And I did it. KZ gue pendekin lagi !

hasilnya adalah seperti ini

notice the minimum ground clearance

Sayangnya pada fase ini, gue udah mulai jarang mengabadikan KZ. Jadi gue gak punya banyak stok foto KZ dengan stance seperti yang terlihat diatas ini.

Setelah sekitar setahun berselang,  sepertinya memang udah kodrat manusia untuk merasa bosan sama sesuatu. Dan akhinrya, gue merasa bosan sama Sparco 9.

Inilah titik dimana gue akhirnya memutuskan untuk menjual Sparco 9 kesayangan gue (disamping ada tawaran yang sangat-sangat-sangat menarik dari orang yang sekarang jadi pemilik  Sparco 9 ).

Saat itu gue pikir, gue udah puas explore si KZ sama Sparco 9 ini. Walaupun gue sadar banget , dengan menjual velg ini, gue gak akan bisa lagi “bernostalgia” sama Sparco 9.

Yes, perasaan kangen itu yang gue rasain sekarang saat lagi liat foto-foto “perpisahan” ini . .

FYI, setelah gue pake setiap hari selama setahun itu, sepertinya KZ jadi makin pendek .

Coba liat ground clearance nya

and here’s the close up look of KZ’s latest fitment on Sparco 9

Until we meet again, Sparco 9..


FIN.

KZ – ZK : A Perfect Coincidence

Kebetulan.

Mungkin itu kata yang paling tepat buat menggambarkan sahabatnya KZ yang satu ini.

Tanpa disengaja, All New Corolla B 996 ZK  ini selalu punya penampilan yang “sama” kayak KZ.

Dulu di awal-awal pertemuan gue sama ownernya ZK (saat itu penampilan ZK masih standar, baru pasang jok Recaro doang), gue lagi ngidam banget Compe Rally 14″ buat dipakein ke KZ. Gak lama berselang, gue pun berhasil dapetin velg yang gue mau.

Setelah sekian lama gak ketemu, eh ternyata pas ketemu, ZK juga pake velg yang sama ! Dan ini sama sekali gak direncanakan.

Semenjak itu, gue jadi deket sama ownernya ZK, karena merasa punya passion dan selera yang sama.

Setelah cukup lama kenal dan main bareng, akhirnya gue sama ownernya ZK pun sering brainstorming mengenai rencana untuk merubah tampilan KZ dan ZK. Karena selera yang sama, kita pun berniat untuk ganti velg konstruksi 3pc step lip dengan diameter yang gak terlalu besar.

Singkat cerita, gue pun akhirnya dapet velg yang gue pengen, seperti yang udah gue ceritain di post -> 1987 Corolla SE – Sparco 9 : The Journey Part 1

Hal yang lucu disini adalah, disaat yang gak terlalu jauh setelah gue dapetin Sparco 9. Ownernya ZK pun ditawarin velg yang sama persis dengan spec berbeda. Tanpa pikir panjang, ownernya ZK pun memutuskan untuk pasang Sparco 9 di ZK, persis kayak KZ.

Its funny how things can always come in a perfect coincidence..

GOODRIDES : Back In The Days – Part 1

idola gue waktu gue masih pake seragam sekolah..

Monoblock 3, spion absolute, wiper 405, lampu senja di cat orange, lis item semua, sama antena TV. POOOLLL !!!

1987 Corolla SE – Sparco 9 : The Journey Part 3

And, here’s the third part of KZ’s journey on Sparco 9.

As usual, bagi yang belum ngikutin, please do read the previous parts.
1987 Corolla SE – Sparco 9 : The Journey Part 1.
1987 Corolla SE – Sparco 9 : The Journey Part 2.

Ok, di post sebelumnya gue udah cerita kalo lama-lama gue bosan sama penampakan velg belakang yang “lebay” kayak gini.

Dan saat itu, gue udah mulai punya pandangan tentang apa yang akan gue lakukan terhadap velg belakang KZ. Setelah kembali konsultasi sama papi, gue pun semakin yakin untuk merealisasikan pandangan gue tersebut.

And the preparation begins. Sebelum eksekusi, gue harus mempersiapkan semua, baik waktu, mental, dan yang terpenting budget. Setelah semua siap, velg pun gue serahkan (lagi) ke papi untuk “dioperasi”.

Sementara waktu Sparco 9 “dioperasi”, gue minjem velg sama temen baik gue untuk “berdiri” nya KZ. Velg yang dipinjemin adalah Borbet Carisma 16×7.5 inch. Ban nya pake Toyo T1R yang dulu dipake saat Sparco 9 masih punya lebar 8 rata.

Agak “lain” sih ngeliat KZ kayak gini, but somehow, I like the look of it

Setelah beberapa minggu (kenapa lama ? karena kali ini gue minta center face di-repaint sekalian, biar terlihat lebih fresh. semakin kesini, gue melihat kalo warna center face yang gelap itu bikin mobilnya jadi keliatan “suram”) papi pun akhirnya sms gue, bilang kalo velgnya udah selesai dirakit. Gak pake lama, gue langsung berangkat ke “pinggir kali” untuk bawa pulang Sparco 9.

Esok hari nya, gue pun gak sabar untuk masang Sparco 9 dengan dimensi baru nya yang lebih “manusiawi” ini. (unfortunately, gue gak punya foto dokumentasi velg “baru” ini. So, gue gak bisa kasih liat velgnya kayak apa sebelum terpasang di mobil)

Ban Toyo T1R 185/50 yang gue pasang di Borbet Carisma (seperti terlihat pada foto diatas) gue pake lagi di Sparco 9 “baru” ini. And to make the fitment even better, KZ gue putuskan untuk dipendekin lagi.

Untuk stance terbaru nya ini, KZ mendapat kehormatan dari Mr. Fatsi untuk dimasukin ke auto-synchronize sebagai coverage. (ini dia blog yang jadi motivator terbesar gue untuk ikutan bikin blog juga). Setelah atur waktu untuk janjian, akhirnya kita sepakat untuk ketemuan di daerah kemang untuk melakukan photoshoot KZ.

and here’s KZ’s new look from Mr. Fatsi’s shot..

at that time, I really love this stance !

notice the negative camber

mulai saat itu, bentuk fender pun mulai “rusak” karena dilipat paksa sekaligus kena ban saat belok patah

saat itu fitment kayak gini juga rasanya udah “mepet” banget buat gue

dan dengan ground clearance segini, gue udah merasa mobil gue pendek banget

here’s the coverage from Mr. Fatsi :
auto-sychronize : His New Look

Sparco 9 yang sekarang berdimensi 16×8 et20 untuk depan, dan 16×9 et16 untuk belakang seperti yang terlihat di foto diatas pun menjadi spec “abadi”. Inilah spec Sparco 9 paling sempurna (menurut gue pribadi). Jadi untuk seterusnya, gue gak pernah “utak-atik” spec velgnya lagi.

Fitment yang bisa loe liat di foto-foto ini juga bertahan cukup lama, sampe akhirnya gue merasa harus melakukan perubahan (lagi) untuk bisa mendapatkan stance yang lebih baik (lagi-lagi menurut pandangan gue).

Perubahan yang gue lakukan akan gue post di part selanjutnya. Meanwhile, nikmatin aja dulu foto-foto ciamik yang diabadikan sama Mr. Fatsi ini. Sekali lagi, thanks ya bro.. So far, foto-foto ini merupakan foto terbaik KZ. Gue suka banget liatnya !

Ok then, see you on the next part of KZ’s journey on Sparco 9..

Its About Passion. Not Age.

“Gue sih udah capek sob main mobil. Udah tua gue..”

Loe pasti pernah denger pernyataan kayak gini, bener gak ? Well honestly, that statement sounds funny to me.

Gue gak punya passion yang besar sama alat musik, jadi  gue gak yakin bisa jadi expertise dalam hal itu. Tapi kalopun gue coba belajar, gue pasti bisa, and when I’m done with it, rasanya gue gak akan ngomong “Ah, gue udah capek sob main alat musik. Udah tua gue..”. Coba yang denger pernyataan itu udah main musik dari kecil sampe sekarang udah jadi paruh baya, sounds funny to them right ?

No offense, tapi menurut gue pernyataan seperti ini keluar dari orang yang hanya bisa melakukan hal-hal in the box, dan gak bisa explore lebih dalam lagi, bukan nya “udah capek”.

And so about cars, styling, and all things that related into it.

I mean, look at this ride

Untuk orang awam, Great Corolla ini pasti terlihat biasa aja. Bener gak ? Just another ordinary Corolla that stood among others.

Tapi nyatanya, AE101 ini gak biasa sama sekali. Pemiliknya punya passion yang gede untuk melakukan personalisasi terhadap mobil ini, jadi mobil ini gak dibiarin “standar” seperti mobil lokal yang keluar dari pabrik.

Udah notice kan, kalo mobil ini keliatan beda dari Great Corolla pada umumnya ? Kalo belum, coba liat lebih jelas lagi..

yes, buat orang yang gak ngerti, front end dan back end ini yang paling keliatan beda dari standarnya. Ini front end dan back end “Built Up”.

Yes, itulah personalisasi yang dilakukan oleh sang pemilik. Lets call him Mr. Gladiator.

Menurut gue, Mr. Gladiator ini adalah a true car enthusiast. Dia punya standar yang tinggi sama personalisasi yang dilakukan terhadap mobilnya.

These parts are the examples

those things dont cost cheap. not to mention the interior..

He even buy this license plate, just for his pleasure..

dan yang patut dicatat disini adalah, Mr. Gladiator is older than most of you guys !

Mr. Gladiator merupakan contoh tepat dari seseorang yang punya passion besar terhadap mobil, and all other things that related into it. Dan kalo loe punya passion yang besar, sepertinya age is nothin but a number. Right ?

Lagian, anak muda yang awam, kalo liat mobil kayak gini juga bakalan dianggap standar kan..

Mr. Gladiator pun gak peduli, dan akan terus melenggang bersama mobil yang dia beri nama GDM ini..

Its about Passion. Not Age.

We miss you, Buddy..

Each ride has its own way to treat the owner. In a matter of fact, they’ll treat you the way you treat them.

Mungkin bagi sebagian orang, mobil cuma dianggap sebagai alat transportasi untuk mengantar tuan-nya dari satu tempat ke tempat lain dengan imbalan beliin bensin dan ganti oli secara rutin.

Tapi bagi gue dan sebagian besar teman-teman, mobil lebih dari itu. Mobil adalah teman perjalanan, sahabat, bahkan gak jarang yang menganggapnya “pasangan hidup”. Loe pasti pernah dong denger statement “mobil itu pacar pertama gue” ? LOL

Riffie is one of my bestfriend who gives a good treat to his ride(s). And he knows exactly what to do to the styling. Ini membuat “piaraan” Riffie selalu menjadi eye magnet bagi tiap pasang mata yang appreciate sama mobil and all the other stuffs that related into it.

Look at this humble E30

Gue yakin banyak banget dari kalian yang “kenal” sama mobil ini. (Gue tulis kenal dalam tanda kutip, karena buat car enthusiast, mobil seperti punya jiwa sendiri. Its alive, bukan hanya benda mati. Agree ?)

As far as I know, Riffie selalu treat semua kendaraannya secara sangat baik. Gue yang sering berinteraksi sama si RN, bisa merasakan kalo dia dimanja sama tuan-nya. Semua bagian selalu dijaga dengan baik, thats why gue juga merasakan kalo mobil ini selalu bisa diandalkan sama Riffie kapanpun dan kemanapun dia perlu.

Kalo ada ngambek-ngambek sedikit, wajar lah. Dia cuma minta perhatian lebih dari Riffie, thats it.

Gak cuma dirawat dan “dipelihara” dengan baik, tapi Riffie juga selalu mengajak RN untuk bersosialisasi sama temen-temennya. Kumpul untuk berbagi passion dengan sesama, kumpul di hang out places, jalan-jalan, atau untuk sekedar ketemuan yang ujung-ujungnya cuma duduk dan ngobrol..

Lately, Riffie pun sering mengajak RN untuk “bersenang-senang”

dan RN pun bisa buktiin ke Riffie kalo dia selalu bisa diandalkan

Kalo loe sebuah mobil, you must have been blessed untuk bisa dapet “tuan” seperti Riffie. Dan gue yakin hal ini juga yang dirasakan sama RN. Itu yang membuat dia selalu berusaha “melayani” Riffie dengan baik, at all cost.

Tapi pada suatu hari, kita semua sebagai teman baik RN harus mendengar berita buruk. Sangat tragis sampai itulah hari akhir RN untuk berbakti kepada Riffie. Hari dimana Riffie gak bisa lagi ngajak RN jalan-jalan. Hari dimana Riffie akhirnya hanya bisa mengenang the good and the bad times yang udah dilalui sama RN tanpa bisa mengulangnya kembali..

Gak jarang hal ini dianggap sebagai “kemarahan” RN karena kurangnya perhatian dari Riffie. But on the other side, mungkin inilah pilihan RN. Dia gak pengen digantikan sama Riffie. Dia gak pengen suatu saat harus merasakan pergi dari Riffie dan dimiliki oleh orang lain. RN ingin membuktikan bahwa dia sudah berbakti kepada Riffie sampai akhir hayatnya..

The bad memories flies, while the good memories remains..

And now, we miss you, buddy..

Rest In Peace, B 1664 RN.